Rabu, 21 November 2012

Hakekat Ruang Dan Waktu




Ruang-Waktu mempengaruhi cara benda bergerak dan forsanya, sebaliknya ruang-waktu juga dipengaruhi oleh cara benda itu bergerak dan forsanya bekerja. Dengan demikian, ruang – waktu tidak hanya dipengaruhi juga mempengaruhi semua kejadian dalam alam semesta ini, artinya ruang-waktu sangat dinamis atau berubah. Perubahan itu disebut memuai atau mengembang. Berawal dari suatu waktu yang tak terhingga dimasa lalu dan akan berakhir pada suatu waktu yang tak terhingga di masa depan.
Lintasan planet-planet yang lonjong pernah dinyatakan oleh seorang ilmuwan muslim pada abad ke -10 Al-Biruni menyatakan benda-benda angkasa beredar dalam garis lonjong atau elips, Al-Biruni memperkenalkan pengukuran geodetic,menentukan koordinat sejumlah tempat dengan teliti dan cermat dan menetapkan arah kiblat dengan bantuan astronomi dan matematika. Selain itu ia juga menentukan jarak keliling bumi bersama sejumlah ilmuwan lainnya. Para ilmuwan barat menganggap Al-Biruni sebagai salah satu tokoh yang mempunyai pengaruh besar bagi bangsa barat dan ilmu pengetahuan modern.
Newton membuat teleskop yang mengamati gerak tata surya dan bintang bintang. Ia mengatakan bulan mengitari bumi dalam garis edar ellips,begitu pula planet-planet mengelilingi matahari dengan garis edar ellips. Johanes Kepler (1571-1630) di praha menyusun tiga hukum pokok tentang peredaran planet-planet yang disebut dengan hukum kepler. Hukum pertama mengatakan garis edar planet-planet bentuknya ellips. Hukum kedua mengatakan orbit planet lebih cepat ketika dekat dengan matahari dan melambat ketika jauh dari matahari,sedangkan hukum ketiga mengatakan pangkat dua periode planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet dengan matahari.
Dalam pandangan Newton di alam semesta hanya ada materi, ruang dan waktu. Materi tersusun atas atom-atom yang terikat untuk selamanya sedangkan ruang dan waktu absolute,tidak mengalami perubahan keuali yang kecil-kecil saja yang tak berarti alias statis. Ruang dan waktu akan selalu ada untuk selama-lamanya walau seluruh materi yang ada di alam semesta ini musnah. Ruang dan waktu yang tidak terbatas. yang berimplikasi terhadap pandangan dunia abadi yang jelas-jelas bertolak belakang dengan keyakinan muslim. Pandangan dunia abadi (ruang-waktu absolute) inilah yang memicu deisme,kepensiunan Tuhan dari penyelenggaraan alam semesta ciptaanNya sendiri.
Teori relativitas umum yang dicanangkan tahun 1915 oleh Einstain menyatakan bumi dan planet lainnya bergerak mengikuti suatu lintasan lurus yang membelok dalam ruang lengkung yaitu geodesic. Einstain membahas teori Newton tentang materi yang memiliki 2 sifat dasar. Pertama,innersia atau kedalam sehingga benda selalu melawan perubahan arah gerakan. Kedua, gravitasi yang membuat benda seperti bumi dan planet-planet lainnya mengubah kecepatan dan melengkungkan lintasannya karena kehadiran benda lain di alam semesta. Kehadiran materi dalam ruang selalu menimbulkan lengkungan medan gravitasi innersia.itulah sebabnya benda-benda langit itu bulat dan lintasannya mengikuti garis lengkung atau ellips, misalnya, cahaya bintang sebenarnya lurus namun terbelokkan ketika melintasi gravitasi matahari. jadi,keberadaan matahari melengkungkan ruang di sekitarnya.
Perumuskan teori relativitas umum dan solusinya telah membawa kepercayaan dan mendukung teori Newtonian yang begitu percayanya bahwa alam semesta adalah statis, hingga ia perlu menambahkan ‘konstanta kosmologi’ dalam persamaannya agar alam semesta statis. Tetapi ketika Einstein mendengar penemuan Hubble bahwa alam semesta mengembang, ia mengatakan bahwa itu adalah “the biggest blunder” dalam hidupnya (walaupun demikian konstanta kosmologi ini kemudian penting juga dalam memahami awal alam semesta).
Sebenarnya teori relativitas umum sempat memberikan harapan untuk melawan gagasan ruang dan waktu absolute Newton. Teori ini menyatakan bahwa geometri ruang dan waktu menentukan dinamika materi dan sebaliknya geometri ditentukan oleh materi, artinya ruang dan waktu tidak absolute, tidak tetap bervariasi dan berubah, ruang-waktu adalah dinamis, dan bergantung pada distribusi materi dan energi. ruang-waktu adalah relasional, bukan absolut. jika semua materi dihilangkan, tidak ada yang tersisa – tidak ada ruang-waktu jika tidak ada materi,tidak ada waktu jika tidak ada materi. Ruang-waktu tidaklah eksis dengan sendirinya, tapi ruang-waktu adalah network dari hubungan dan perubahan. Namun Einstein melakukan kesalahan besar dengan mempertahankan teori keadaan tetap. Sebenarya perhitungan yang dia lakukan menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis.namun dia menambahkan apa yang disebut konstanta kosmologi dalam persamaannya demi mempertahankan teori keadaan tetap. Namun pada akhirnya dia sadar dan mengakui bahwa itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Fisikawan rusia Alexandra Friedman pada tahun 1922 dalam perhitungannya menghasilkan sebuah temuan mengejutkan, dia menyimpulkan bahwa alam semesta tidaklah statis, artinya sebuah impuls kecil sudah mampu untuk membuat alam semesta ini mengerut ataupun mengembang. Berdasarkan hasil penghitungan Friedman, George Lemaitre seorang ahli astronomi belgia menyangkal apa yang dikatakan Immanuel Kant yang menyatakan alam semesta ini statis. Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari sesuatu itu.
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)

Rabu, 07 November 2012

Humanisme



Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Sebagai paham, pendukungnya disebut humanis. Paham humanis adalah suatu aliran untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku tersebut dicetak lagi dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista, yakni jargon zaman yang sejajar dengan artista (seniman) atau iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat moral.
Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh. (Hasan Hanafi dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Abdurrahman Mas’ud (2004:135) mengemukakan bahwa humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri.
Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian yang terdapat di kalangan ahli pikir di zaman yang mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan.
Posisi humanisme sama dengan reformasi. Keduanya sama-sama mengunggulkan pencapaian individu. Perbedaannya adalah bahwa humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran Tuhan. Manusia adalah pusat, bukan Tuhan. Pemikiran tersebut dipengaruhi oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme. Senaliknya aliran reformasi tidak memuja manusia dan keindahan, tetapi memuja Tuhan. Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga.

Rabu, 31 Oktober 2012

Yang Benar Yang Menyenangkan



Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM.  Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?"  Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM)  menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf  Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).  Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean  lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja  seperti Kaum Aristippos, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah muncul Nudisme  (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris  yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati".
Gejala hedonisme diantaranya adalah rasa gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Lihat saja di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek dengan harga yang, wow, membuat jantung saya berdegup kencang, dimana harga selembar baju kaos (T Shirt) dengan tulisan seadanya "cuma" sebesar Rp. 250.000,-. Berdegup kencang bukan hanya karena kaget melihat harga yang fantastis tapi juga deg-degan didekati si pelayan toko, karena takut dan malu kalau ditanya, "Ada yang bisa dibantu, Pak ?" Dan saya hanya bisa menjawab, "Ngga, lihat-lihat saja."
Melihat harga-harga fantastis dari toko-toko yang biasanya menambahkan nama surf pada nama tokonya tersebut, maka menjadi maklumlah saya kenapa orang-orang menjadi begitu bangga walaupun hanya membawa kantong kreseknya kemana-mana. Dan akhirnya saya pun bisa maklum kenapa teman saya bergitu bangganya membawa tas kulit bulukannya ke mana-mana.
Kalimat ini saya Copy Paste dari tulisan Pak Anwariansyah dalam judulnya " Kantong Kresek Bermerek Memang Lebih Srek" dan saya tergelitik untuk menulis sesuatu tentang HEDONISME yang berasal dari bahasa Yunani Hedone yang berarti kesenangan atau kenikmatan.
Pengajaran atau konsep moral dari Hedonisme adalah menyamakan kebaikan dengan kesenangan.Jadi semua kesenangan dan kenikmatan secara fisik selalu membawa kebaikan.
Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau mereka yang siap mengikutinya bahwa pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia.
Pandangan hidup seperti inilah yang sekarang ini banyak dan hampir semua umat manusia meng-amininya dan menjadikannya sebagai tolok ukur dalam gaya hidup.
Contoh yang paling nampak dan ada pada keseharian kita, yaitu iklan-iklan yang membombardir dengan kalimat-kalimat yang kadangkala sangat tidak masuk di akal seperti : " Anda ingin kaya dalam waktu singkat.....ikutilah seminar kami.. dan..bla..bla..bla....!!!!!!" . Dalam pengejaran dan pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan, hal-hal yang menjadi "etika" selalu diterjang. Contoh yang paling anyar, yaitu tetangkapnya anggota DPR oleh KPK di Hotel Ritz Carlton. Mengapa hal tersebut dapat terjadi..???, sudah lemahkah pagar iman dan agama ??????
Teori ini juga cenderung mengajarkan, bahwa untuk mendapat kesenangan dan kenikmatan dan kebahagiaan, tidak perlu menunggu di surga, karena pada dasarnya, mereka tidak mempercayai adanya kebahagiaan di surga, dan kalimat yang sering diucapkan oleh para hedonis:" kita tidak perlu pergi kesurga untuk mengalami kebahagiaan, karena di dunia ini, kenikmatan dan kebahagiaan serta kesenangan telah tersedia dan dapat kita miliki !!!"

Rabu, 24 Oktober 2012



Siti Nurchoiriyah (09301244051)
Berpikir Mendalam Tidak Hanya Dilakukan Oleh Seorang Filsuf
Mungkin ada yang membayangkan bahwa seseorang yang sedang berpikir mendalam adalah ia yang sedang duduk disudut ruangan yang sepi, memegang kepalanya dengan kedua tangannya, merunduk dan memejamkan mata, sendirian. Atau mungkin ada pula yang menganggap bahwa berpikir mendalam hanya merupakan pekerjaan para filosof, pekerjaan para professor, kiyai, ustad, atau siapapun mereka yang berada pada level akademis-non orang kebanyakan. Jika ini adalah paradigma yang juga dianut oleh kebanyakan manusia, maka, ini adalah paaradigma yang keliru. Berpikir mendalam itu bisa, dan harusnya, menjadi pekerjaan paling mendasar dan terpenting bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini, sebagai sebuah metode, metode untuk mulai mengenali dirinya, mengenali siapa penciptanya, apa maksud diciptakannya ia, kemudian mengetahui apa yang harus ia lakukan ketika telah memahami segala macam kehebatan yang dikaruniakan kepadanya, sebagai manusia.
Manusia adalah makhluk yang paling khas, berbeda segalanya dari makhluk yang lain. Selain bentuk fisik yang fleksibel dan multi fungsi, manusia mempunyai piranti hebat bernama otak, yang didalamnya terdapat konsep-konsep, berkat cara kerja harmonis dari system saraf yang rumit. Aristoteles (384 – 322/1 SM), filosof Yunani kuno, pernah mengatakan bahwa, manusia adalah hewan yang berakal budi. Namun, lebih dari itu, manusia merupakan sebuah konstruksi paling sempurna dari segala macam bentuk paling estetis yang tiada punya badingan. Sekalipun semua arsitek paling hebat diseluruh jejak langkah kehidupan dimuka bumi ini, juga semua professional lain dibidang konstruksi dan tata bentuk juga ahli sistem dikerahkan, kehebatannya tak kan mampu menandingi segalanya yang ada dalam diri manusia. Tak kan bakal bisa kemput memahaminya, makhluk misterius bernama ; manusia.
Membicarakan manusia memang tiada habis-habisnya. Segala yang timbul daripadanya menjadi sebuah pekerjaan tersendiri untuk dapat direnungkan kembali dimasa-masa sesudahnya, sesudah lahirnya buah pikir yang timbul dari manusia itu. Terlepas dari segala apa yang telah terlahir dari segenap kemampuan pemikiran manusia, sejatinya, kemampuan berfikir itu sendiri adalah sebuah tugas yang nyata untuk direnungkan sendiri oleh manusia. Bahwa, kebanyakan dari kita tidak pernah heran terhadap diri sendiri, terutama, pikirannya sendiri, kemudian menanyakan, ‘mengapa’ pikiran kita bisa begitu cepat menangkap suatu hal, membacanya, mendeskripsikan, meneterjemahkan dengan cepat tepat apa yang telah kita dapat dari kinerja alat indra.
Berangkat dari pertanyaan mendasar diatas, saya akan mencoba memperkenalkan beberapa pemikiran para filosof terkait yang juga telah memikirkan cara kerja pikiran manusia dan segalanya yang berhubungan dengan realitas, baik fisik mupun metafisik. Namun demikian, karena ini merupakan kajian filosofis, maka hasil perenungan para filosof tersebut bersifat spekulatif, agak sukar, juga tidak bisa dibuktikan secara empiris. Namun dapat dimengerti secara rasional. Biarpun demikian, maksud saya, nanti setelah kita tahu bagaimana perjalanan pemikiran dan gagasan mereka terhadap segala kompleksitas permasalahan manusia, terutama kinerja pikiran dalam mengenali realitas, kita dapat mulai mencoba merenungkan kembali tentang hal-hal yang selama ini jarang, bahkan tidak pernah kita pikirkan.
Maka nantinya kita, terlebih saya sendiri, akan dapat senantiasa meningkatkan rasa syukur terhadap Allah SWT yang mengkaruniakan berbagai kehebatan bagi kita, kehebatan kekuatan pikiran yang mampu menembus ruang dan waktu. Selain itu, harapannya, kita dapat memahami cara-cara para filosof berpikir, kemudian merefleksikannya terhadap diri kita pribadi, untuk mencapai berpikir kritis, sebuah metode berpikir yang mampu membebaskan kita dari dogma-dogma kesesatan berpikir yang membahayakan.
Sebuah pertanyaan kecil, juga sederhana. Misal : suatu ketika kita melihat motor Yamaha Mio, dilain waktu kita melihat lagi motor Suzuki Spin dan Suzuki Shogun, disaat yang bersamaan, kita mendapati motor bermerk lain lagi, Honda Beat atau Honda MegaPro, misalnya. Pernahkah kita memikirkan, mengapa setiap kita melihat motor dengan merk-merk yang berbeda, pikiran kita dapat membacanya, bahwa kesemuanya yang kita lihat itu adalah “motor”? padahal, visualisasi dari setiap motor yang kita lihat itu jelas-jelas berbeda. Semuanya mempunyai ciri tersendiri dan berbeda jenis satu sama lain. Tapi, mengapa pikiran kita mampu menangkapnya sebagai sesuatu yang bernama umum “motor” ? Pernahkah kita menyadari, sesuatu apakah yang menuntun pikiran kita untuk meng-klaim bahwa beda-benda itu adalah jenis “motor”?
Berngkat dari contoh sederhana di atas, sekiranya kita dapat mulai mencoba menyempatkan waktu untuk memikirkan hal-hal yang kita anggap kecil dan sepele dan amat sering terjadi dalam kehidupan kita. Contoh diatas begitu sederhana, begitu kita anggap ‘ringan’, dan seringkali tidak terpikirkan oleh manusia pada umumnya. Kesibukan memikirkan hal-hal praktis untuk sebuah kepentingan tertentu telah menyita segenap perhatian kita, sehingga terhadap hal-hal kecil yang begitu mengagumkan yang ternyata tersimpan disetiap pribadi manusia itu sendiri, kita melupakannya
Plato (428/7 - 348 SM), seorang filosof Yunani kuno, mempunyai sebuah gagasan besar tetang definisi realitas didunia ini. Menurutnya, segalanya yang ada di alam, -yang kita sebut realitas- adalah fana, hanya ilusi, hanya sebuah tiruan dari sebuah dunia lain yang amat sangat sempurna adanya, gudang dari segala konsep yang ada di alam realitas didunia ini, Plato menamakan dunia lain itu, dunia idea.
Menurutnya, didalam dunia idea itu terdapat berbagai macam ‘master’ konsep untuk segalanya yang dapat dikenali olah manusia di dunia realitas ini. Secara sederhana, berdasarkn pemikiran Plato, kita mengenali sesuatu yang ada di dunia realitas ini karena sebelumnya, terlebih dahulu, kita telah mengenalinya di dunia idea. Misalnya : Ada seseorang yag membuat ‘pisau’. Katakanlah ‘pisau’ tersebut adalah ‘pisau yang pertama kali dibuat dimuka bumi’. Menurut Plato, orang ini tidak membuat ‘pisau’ dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’. Tetapi, orang ini hanya ‘meniru’ tentang ‘konsep pisau’ yang sudah ada terlebih dahulu didunia idea. Konsep ‘pisau’ di dunia idea Plato sudah menyangkut segalanya bentuk pisau, etah itu pisau yang tajam, atau pisau yang tumpul. Pisau dari besi atau pisau dari baja, dan segalanya tentang pisau. Menurut Plato, didalam dunia idea telah tersimpan konsep yang paling sempurna dan paling ’ideal’ tentang sesuatu yang bernama ‘pisau’. Dari dunia idea inilah kemudian pembuat pisau itu men-download konsep pisau, membuatnya secara fisik, untuk kemudian digunakan didunia realitas, menjadi sebuah ‘pisau’ seperti yang kita kenali saat ini. Jadi, didalam dunia idea Plato itu, sudah tersimpan segala macam konsep, pabrik dari segalanya yang mampu kita jangkau di alam realitas ini. Dunia idea Plato bak supermarket yang maha lengkap dengan segala isinya yang siap kita pakai untuk mengenali apapun yang ada di duia realitas ini. Bahkan, Plato menganggap, justru dunia idea itulah yang harusnya disebut ‘realitas’, bukan hal-hal yang mampu kita tangkap menggunakan alat indra dalam alam semesta.
Sekarang, bagaimana degan contoh sederhana yang saya ajukan tadi tentang ‘motor’, menurut konsep dunia idea Plato?
Kalau kita memakai perspektif Plato untuk memahami realitas dan cara kerjanya, maka, contoh tentang pengenalan ‘motor’ tadi, juga merupakan implikasi dari pengenalan yang terlebih dahulu, tentang konsep ‘motor’ didunia idea. Mengapa kita dapat memahami berbagai varian motor yang berbeda satu sama lain itu sebagai kesatuan universal bernama ‘motor’?. Berdasarkan dunia idea Plato, karena didunia idea terdapat suatu konsep sempurna dan ideal tentang ‘motor’. Jadi, meskipun kita melihat berbagai macam varian motor yang berbeda itu, otak kita akan tetap mengenalinya sebagai ‘motor’, karena, secara nirsadar, kita telah mengetahui ‘konsep motor’ yang utuh sebagai satu kesatuan yang sempurna dan ideal, di dunia idea.
Kita baru mencoba memahami cara kerja pikiran manusia dalam mengenali realitas dalam perspektif pemikiran Plato, filosof Yunani kuno yang hidup di empat abad sebelum masehi. Sementara, selain Plato, masih banyak filosof lain yang juga mempunyai pandangan-pandangan besar dan unik dalam memahami realitas. Pemikiran filosof semakin berkembang dari masa ke masa. Objek yang dipikirkan mereka semakin kompleks, dan tentu saja, semakin menarik untuk kita ketahui. Juga berkat pemikiran mereka, ilmu pengetahuan yang kita kenali dan kita pakai hingga saat ini berkembang. Tentu saja dampak yang ditimbulkan juga tidak kalah kompleksnya, dampak positif juga negatif. Maka, dilain kesempatan saya akan mencoba memaparkannya kembali.