Rabu, 12 Desember 2012

REALISME



Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realism bearti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real; benda – benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.  Bagi kelompok realis, alam itu, satu satunya hal yang dapat kita lakukan adalah : menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk mentafsirkannnya menurut keinginan atau kepercayaannya yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris berkata :
“kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah “ bagaimana benda itu nampak kepada kita”. Oleh karena itu maka pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda – benda, jika ia mau menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka ide itu salah atau tak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan diri dengan ide kita, dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan “ benda” dan bukan “ide” sebagai ukuran kebenaran, pusat arti, realisme menjadikan benda itu real dan ide itu penampakan benda yang benar atau yang keliru”.
 Seorang filosof realis lainnya, yaitu Alfred North Whitehead, menjelaskan alasannya mengapa ia percaya bahwa benda yang kita alami harus dibedakan dengan jelas dari pengetahuan kita tentang benda tersebut. Dalam mempertahankan sikap obyektif dari realisme yang didasarkan atas kebutuhan sains dan pengalaman yang konkrit dari manusia. Dalam mempertahankan sikap obyektif dari realisme yang didasarkan atas kebutuhan sains dan pengalaman yang konkrit dari manusia. White Head yang menyampaikan tiga pernyataan. Pertama, kita ini berada dalam alam warna, suara dan obyek inderawi. Alam bukannya dalam diri kita dan tidak bersandar kepada indera kita. Kedua, pengetahuan tentang sejarah mengungkapkan kepada kita keadaan pada masa lampau ketika belum ada makhluk hidup di atas bumi dan dibumi terjadi perubahan-perubahan dan kejadian yang penting. Ketiga, aktivitas seseorangt nampaknya menuju lebih jauh dari jiwa manusia dan mencari serta mendaptkan batas terakhir dalam dunia yang kita ketahui. Benda benda mendatarkan jalan bagi kesdaran kita. “Dunia pemikiran yang umum” memerlukan dan mengandung “dunia indera yang umum”.
Banyak filosof pada zaman dahulu dan sekarang, khususnya kelompok idealis dan pragmatis berpendapat bahwa benda yang diketahui atau yang dialami itu berbeda daripada benda itu sendiri sesudah mempunyai dengan kita. Oleh karena kita tidak akan tahu tentang benda kecuali dalam keadaan “diketahui” atau di “alami” oleh kita maka benda yang telah kita ketahui atau kita alami ini merupakan bagian yang pokok dari benda yang kita ketahui.

B. Tokoh tokoh realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, jadi saya ada).
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal.
C.     Jenis – jenis Realisme
Realisme adalah istilah yang meliputi bermacam – macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organic. James B. Pratt dalam karangannya personal  realisme, mengemukakan bahwa bentuk realisme semcam itu,yakni suatu bentuk yang susah dibedakan dari beberapa jenis dari realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistic dan terdiri atas bermacam macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Dalam fasal ini, realisme pluralistic mendapat perhatian yang terbesar, karena ia merupakan aliran yang dominan.
Apa yang kadang kadang dinamakan realisme platonic, atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern. Dengan asumsi bahwa yang riil itu bersifat permanent dan tidak berubah, Plato mengatakan bahwa ide atau universal adalah riil daripada individual. Selama abad pertengahan terdapat perdebatan antara realisme klasik (Platonik) dan nominalis yang bersikap bahwa nama jenis atau uuniversal itu hanya nama, dan realita itu terdapat dalam persepsi atau benda-benda individual. Kata kata hanya menunjukkan jenis atau simbol dan tidak menunjukkan benda yang mempunyai eksistensi kecuali eksistensi partikuler yang kemudian membentuk suatu kelas (jenis).
Dasawarsa pertama dari abad ke – 20 adalah periode gejolak intelektual. Pada tahun 1910 muncul enam orang guru filsafat di Amerika Serikat. Mereka membentuk suatu kelompok pada tahun 1912 dana menerbitkan bersama suatu buku dengan judul the new realism.
Kelompok neoralis menolak subyektivisme, monisme, absolutisme (percaya kepada sesuatu yang mutlak dan yang tanpa batas), segala filsafat mistik dan pandangan bahwa benda-benda non-metal itu diciptakan atau diubah oleh akal yang maha mengetahui. Kelompok neoralis menerangkan bahwa di samping keyakinan-keyakinan pokok ini, menolak subyektivisme, monisme, absolutisme (percaya kepada sesuatu yang mutlak dan tanpa batas) segala filsafat mistik dan pandangan bahwa benda-benda yang non mental itu diciptakan atau diubah oleh akal yang maha mengetahui.  Kelompok realis membedakan antara obyek fikiran dan tindakan fikiran itu sendiri. Pada umumnya, kaum realis menekankan teori korespondensi untuk meneliti kebenaran pernyataan-pernyataan. Kebenaran adalah hubungan erat putusan kita pada fakta-fakta pengalaman atau kepada dunia sebagaimana adanya. Kebenaran adalah kepatuhan kepada realitas dan obyektif.
Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama.
 

D.    Implikasi Realisme
Jika kelompok pragmatis seperti apa yang akan kita lihat di pasal lain menekankan alam pengalaman kita (the world of our experience) maka kelompok realis menekankan alam pengalaman kita. Dunia adalah seperti apa adanya, bagaimanapun orang memikirkannya.
Jika kelompok idealis menekankan akal (jiwa) sebagai realitas pertama, maka kelompok realis condong untuk menganggap alak sebagai salah satu dari beberapa benda yang keseluruhannya dinamakan alam. Seorang realis curiga terhadap kecondongan untuk menjadikan fakta dengan kemauan untuk menjadkan kesadaran kita sebagai pusat kepentingan alam. Penekanan terhadap dunia luar yang berdiri sendiri tetapi terbuka sebagaimana adanya terhadap akal adalah sesuai dengan sains alam. Perhatian diarahkan kepada akal yang memahami akan tetapi kepada realitas yang dipahami. Dengan begitu maka realisme mencerminkan obyektivitisme yang mendasari dan menyokong sains modern. Realisme bersandar kepada akal bukan kepada sentiment dan keinginan. Ia bersedia menerima kenyataan bahwa dunia ini berbeda dengan apa yang kita inginkan.
Oleh karena realisme bertentangan tajam dengan idealisme dan dianggap sebagai menjauhkan sifat mental dari dunia, maka perlu adalah pernyataan tentang sikap realis kepada akal. Dalam argumentasi bahwa realisme tidak menurunkan martabat akal atau menghilangkan kekayaan dan nilai nilainya, seorang realis berkata : “ Realisme menjauhkan akal dari kepongahan-kepongahannya akan tetapi tidak menjauhkannya dari nilai dan kebesarannya. Sebaliknya, dengan menyerahkan hak-hak pihak lain kepada pemiliknya, akal menemukan dirinya ; jika realisme menurunkan akal dari singgasananya, ia mengakuinya sebagai kepala dalam dunia yang ia ketahui”.

Rabu, 21 November 2012

Hakekat Ruang Dan Waktu




Ruang-Waktu mempengaruhi cara benda bergerak dan forsanya, sebaliknya ruang-waktu juga dipengaruhi oleh cara benda itu bergerak dan forsanya bekerja. Dengan demikian, ruang – waktu tidak hanya dipengaruhi juga mempengaruhi semua kejadian dalam alam semesta ini, artinya ruang-waktu sangat dinamis atau berubah. Perubahan itu disebut memuai atau mengembang. Berawal dari suatu waktu yang tak terhingga dimasa lalu dan akan berakhir pada suatu waktu yang tak terhingga di masa depan.
Lintasan planet-planet yang lonjong pernah dinyatakan oleh seorang ilmuwan muslim pada abad ke -10 Al-Biruni menyatakan benda-benda angkasa beredar dalam garis lonjong atau elips, Al-Biruni memperkenalkan pengukuran geodetic,menentukan koordinat sejumlah tempat dengan teliti dan cermat dan menetapkan arah kiblat dengan bantuan astronomi dan matematika. Selain itu ia juga menentukan jarak keliling bumi bersama sejumlah ilmuwan lainnya. Para ilmuwan barat menganggap Al-Biruni sebagai salah satu tokoh yang mempunyai pengaruh besar bagi bangsa barat dan ilmu pengetahuan modern.
Newton membuat teleskop yang mengamati gerak tata surya dan bintang bintang. Ia mengatakan bulan mengitari bumi dalam garis edar ellips,begitu pula planet-planet mengelilingi matahari dengan garis edar ellips. Johanes Kepler (1571-1630) di praha menyusun tiga hukum pokok tentang peredaran planet-planet yang disebut dengan hukum kepler. Hukum pertama mengatakan garis edar planet-planet bentuknya ellips. Hukum kedua mengatakan orbit planet lebih cepat ketika dekat dengan matahari dan melambat ketika jauh dari matahari,sedangkan hukum ketiga mengatakan pangkat dua periode planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet dengan matahari.
Dalam pandangan Newton di alam semesta hanya ada materi, ruang dan waktu. Materi tersusun atas atom-atom yang terikat untuk selamanya sedangkan ruang dan waktu absolute,tidak mengalami perubahan keuali yang kecil-kecil saja yang tak berarti alias statis. Ruang dan waktu akan selalu ada untuk selama-lamanya walau seluruh materi yang ada di alam semesta ini musnah. Ruang dan waktu yang tidak terbatas. yang berimplikasi terhadap pandangan dunia abadi yang jelas-jelas bertolak belakang dengan keyakinan muslim. Pandangan dunia abadi (ruang-waktu absolute) inilah yang memicu deisme,kepensiunan Tuhan dari penyelenggaraan alam semesta ciptaanNya sendiri.
Teori relativitas umum yang dicanangkan tahun 1915 oleh Einstain menyatakan bumi dan planet lainnya bergerak mengikuti suatu lintasan lurus yang membelok dalam ruang lengkung yaitu geodesic. Einstain membahas teori Newton tentang materi yang memiliki 2 sifat dasar. Pertama,innersia atau kedalam sehingga benda selalu melawan perubahan arah gerakan. Kedua, gravitasi yang membuat benda seperti bumi dan planet-planet lainnya mengubah kecepatan dan melengkungkan lintasannya karena kehadiran benda lain di alam semesta. Kehadiran materi dalam ruang selalu menimbulkan lengkungan medan gravitasi innersia.itulah sebabnya benda-benda langit itu bulat dan lintasannya mengikuti garis lengkung atau ellips, misalnya, cahaya bintang sebenarnya lurus namun terbelokkan ketika melintasi gravitasi matahari. jadi,keberadaan matahari melengkungkan ruang di sekitarnya.
Perumuskan teori relativitas umum dan solusinya telah membawa kepercayaan dan mendukung teori Newtonian yang begitu percayanya bahwa alam semesta adalah statis, hingga ia perlu menambahkan ‘konstanta kosmologi’ dalam persamaannya agar alam semesta statis. Tetapi ketika Einstein mendengar penemuan Hubble bahwa alam semesta mengembang, ia mengatakan bahwa itu adalah “the biggest blunder” dalam hidupnya (walaupun demikian konstanta kosmologi ini kemudian penting juga dalam memahami awal alam semesta).
Sebenarnya teori relativitas umum sempat memberikan harapan untuk melawan gagasan ruang dan waktu absolute Newton. Teori ini menyatakan bahwa geometri ruang dan waktu menentukan dinamika materi dan sebaliknya geometri ditentukan oleh materi, artinya ruang dan waktu tidak absolute, tidak tetap bervariasi dan berubah, ruang-waktu adalah dinamis, dan bergantung pada distribusi materi dan energi. ruang-waktu adalah relasional, bukan absolut. jika semua materi dihilangkan, tidak ada yang tersisa – tidak ada ruang-waktu jika tidak ada materi,tidak ada waktu jika tidak ada materi. Ruang-waktu tidaklah eksis dengan sendirinya, tapi ruang-waktu adalah network dari hubungan dan perubahan. Namun Einstein melakukan kesalahan besar dengan mempertahankan teori keadaan tetap. Sebenarya perhitungan yang dia lakukan menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis.namun dia menambahkan apa yang disebut konstanta kosmologi dalam persamaannya demi mempertahankan teori keadaan tetap. Namun pada akhirnya dia sadar dan mengakui bahwa itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Fisikawan rusia Alexandra Friedman pada tahun 1922 dalam perhitungannya menghasilkan sebuah temuan mengejutkan, dia menyimpulkan bahwa alam semesta tidaklah statis, artinya sebuah impuls kecil sudah mampu untuk membuat alam semesta ini mengerut ataupun mengembang. Berdasarkan hasil penghitungan Friedman, George Lemaitre seorang ahli astronomi belgia menyangkal apa yang dikatakan Immanuel Kant yang menyatakan alam semesta ini statis. Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari sesuatu itu.
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)

Rabu, 07 November 2012

Humanisme



Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Sebagai paham, pendukungnya disebut humanis. Paham humanis adalah suatu aliran untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku tersebut dicetak lagi dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista, yakni jargon zaman yang sejajar dengan artista (seniman) atau iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat moral.
Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh. (Hasan Hanafi dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Abdurrahman Mas’ud (2004:135) mengemukakan bahwa humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri.
Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian yang terdapat di kalangan ahli pikir di zaman yang mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan.
Posisi humanisme sama dengan reformasi. Keduanya sama-sama mengunggulkan pencapaian individu. Perbedaannya adalah bahwa humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran Tuhan. Manusia adalah pusat, bukan Tuhan. Pemikiran tersebut dipengaruhi oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme. Senaliknya aliran reformasi tidak memuja manusia dan keindahan, tetapi memuja Tuhan. Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga.

Rabu, 31 Oktober 2012

Yang Benar Yang Menyenangkan



Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM.  Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?"  Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM)  menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf  Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).  Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean  lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja  seperti Kaum Aristippos, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah muncul Nudisme  (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris  yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati".
Gejala hedonisme diantaranya adalah rasa gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Lihat saja di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek dengan harga yang, wow, membuat jantung saya berdegup kencang, dimana harga selembar baju kaos (T Shirt) dengan tulisan seadanya "cuma" sebesar Rp. 250.000,-. Berdegup kencang bukan hanya karena kaget melihat harga yang fantastis tapi juga deg-degan didekati si pelayan toko, karena takut dan malu kalau ditanya, "Ada yang bisa dibantu, Pak ?" Dan saya hanya bisa menjawab, "Ngga, lihat-lihat saja."
Melihat harga-harga fantastis dari toko-toko yang biasanya menambahkan nama surf pada nama tokonya tersebut, maka menjadi maklumlah saya kenapa orang-orang menjadi begitu bangga walaupun hanya membawa kantong kreseknya kemana-mana. Dan akhirnya saya pun bisa maklum kenapa teman saya bergitu bangganya membawa tas kulit bulukannya ke mana-mana.
Kalimat ini saya Copy Paste dari tulisan Pak Anwariansyah dalam judulnya " Kantong Kresek Bermerek Memang Lebih Srek" dan saya tergelitik untuk menulis sesuatu tentang HEDONISME yang berasal dari bahasa Yunani Hedone yang berarti kesenangan atau kenikmatan.
Pengajaran atau konsep moral dari Hedonisme adalah menyamakan kebaikan dengan kesenangan.Jadi semua kesenangan dan kenikmatan secara fisik selalu membawa kebaikan.
Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau mereka yang siap mengikutinya bahwa pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia.
Pandangan hidup seperti inilah yang sekarang ini banyak dan hampir semua umat manusia meng-amininya dan menjadikannya sebagai tolok ukur dalam gaya hidup.
Contoh yang paling nampak dan ada pada keseharian kita, yaitu iklan-iklan yang membombardir dengan kalimat-kalimat yang kadangkala sangat tidak masuk di akal seperti : " Anda ingin kaya dalam waktu singkat.....ikutilah seminar kami.. dan..bla..bla..bla....!!!!!!" . Dalam pengejaran dan pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan, hal-hal yang menjadi "etika" selalu diterjang. Contoh yang paling anyar, yaitu tetangkapnya anggota DPR oleh KPK di Hotel Ritz Carlton. Mengapa hal tersebut dapat terjadi..???, sudah lemahkah pagar iman dan agama ??????
Teori ini juga cenderung mengajarkan, bahwa untuk mendapat kesenangan dan kenikmatan dan kebahagiaan, tidak perlu menunggu di surga, karena pada dasarnya, mereka tidak mempercayai adanya kebahagiaan di surga, dan kalimat yang sering diucapkan oleh para hedonis:" kita tidak perlu pergi kesurga untuk mengalami kebahagiaan, karena di dunia ini, kenikmatan dan kebahagiaan serta kesenangan telah tersedia dan dapat kita miliki !!!"