Pendidikan Karakter adalah upaya dalam rangka membangun karakter
(character building) peserta didik untuk menjadi lebih baik. Sebab, karakter
dan kepribadian peserta didik sangat mudah untuk dibentuk. Secara etimologis
karakter dapat dimaknai sesuatu yang bersifat pembawaan yang mempengaruhi
tingkah laku, budi pekerti, tabiat, ataupun perangai. Sedangkan secara terminologis, karakter dapat
dimaknai dengan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri
seseorang atau suatu kelompok. Hal ini bertujuan untuk menciptakan karakter
peserta didik yang paripurna, sampai mendekati titik terwujudnya insan kamil.
Namun, bisa diperjelas pada upaya untuk mewujudkan kecerdasan spiritual, emosional,
intelektual, dan estetika.
Bakaitan dengan itu, dalam alam empiris dapat dilihat bahwa karakter anak
bangsa ini semakin menunjukkan gejala yang sangat miris dan merisaukan kita
semua. Kehidupan mereka yang kontradiktif, tidak hanya di luar lingkungan
pendidikan, tetapi juga justru dilakukan oleh anak-anak didik dalam masa
pendidikan. Sungguh miris melihat realitas dan kenyataan yang seperti ini.
Padahal menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Padahal menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Maraknya
anarkisme
Kepekaan hati nurani sebagian besar anak bangsa ini sangat terabaikan.
Hal itu dapat dilihat perilaku negatif yang sangat jauh dari hati nurani.
Maraknya tindakan anarkisme, tawuran serta perlakuan yang melawan hukum juga
telah ditunjukkan anak bangsa ini secara kolektif. Lebih parah lagi, hal itu
juga ditunjukkan oleh tokoh publik, tokoh politik, juga oleh penyelenggara
pemerintahan.
Dapat dilihat dengan nyata bahwa banyaknya perbuatan yang semuanya berindikasi pada tindakan melawan hukum, dilakukan oleh orang-orang yang katanya terhormat dengan menduduki posisi penting di negeri ini. Semuanya sangat memiriskan untuk dideskripsikan. Tragisnya, hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh anak bangsa ini.
Dapat dilihat dengan nyata bahwa banyaknya perbuatan yang semuanya berindikasi pada tindakan melawan hukum, dilakukan oleh orang-orang yang katanya terhormat dengan menduduki posisi penting di negeri ini. Semuanya sangat memiriskan untuk dideskripsikan. Tragisnya, hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh anak bangsa ini.
Perilaku negatif tersebut dipublikasi secara media massa elektornik
maupun media cetak. Sehingga terlihatlah dengan jelas bahwa perilaku itu sangat
jauh dari karakter bangsa Indonesia yang terkenal dengan etika yang Pacasilais.
Dalam rincian implementasi pembelajaran di madrasah/sekolah, pendidikan
karakter bukanlah sesuatu mata pelajaran ataupun materi khusus yang disajikan
secara khusus yang berdiri sendiri (self sufficiency).
Pendidikan Karakter ini dilaksanakan merupakan wujud
integratif-interkonektif yang mencakup aspek multidisiplin dan multidimensi,
sehingga diperlukan pendekatan yang komprehensif, utuh, interkonektif
antarberbagai disiplin ilmu, tidak sektoral-parsial, misalnya dalam pembejaran
matematika, yang diajarkan adalah bagaimana menjumlah angka dengan baik dan
tidak mengurangi penjumlahan dalam realitas jual-beli maupun aktivitas lain di
luar mata pelajaran matematika.
Implikasi akhir
Implikasi akhir
Jadi inilah sebenarnya yang diharapkan implikasi akhir dari Pendidikan
Karakter. Demikian juga dengan mata pelajaran yang lainnya. Sehingga yang
terpenting adalah bagaimana mengamalkan seluruh pengetahuan yang telah
dimiliki. Sebab, pengetahuan yang dimiliki tentang kebaikan, hukum, norma,
benar, salah, ataupun tentang hal lainnya harus diterapkan. Sesungguhnya, hal inilah
yang menjadi inti dalam Pendidikan Karakter. Sangat diharapkan peserta didik
untuk bisa mengamalkan seluruh kompetensi pikiran yang dimilikinya. Sehingga
tidak akan menyinpang apa telah mereka pelajari dalam pendidikan.
Dengan begitu, melalui pendidikan karakter semua berkomitmen untuk
menumbuh kembangkan peserta didik menjadi pribadi yang utuh untuk
menginternalisasi nilai-nilai kebajikan dan terbiasa mewujudkan kebajikan itu
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Karakter merupakan proses pembelajaran
yang dengan menitikberatkan pada implementasi pengetahuan.
Selama ini pendidikan yang dilaksanakan kepada peserta didik adalah sebatas bagaimana menciptakan anak-anak mempunyai pengetahuan yang banyak, tanpa harus menerapkan pengetahuannya tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa untuk bisa mengaplikasikan itu diperlukan pengetahuan dan hafalan atas konstruksi ilmu tersebut. Sehingga pengetahuan yang dimiliki tidak sebatas pada sifat normatif saja tetapi harus di implementasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Selama ini pendidikan yang dilaksanakan kepada peserta didik adalah sebatas bagaimana menciptakan anak-anak mempunyai pengetahuan yang banyak, tanpa harus menerapkan pengetahuannya tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa untuk bisa mengaplikasikan itu diperlukan pengetahuan dan hafalan atas konstruksi ilmu tersebut. Sehingga pengetahuan yang dimiliki tidak sebatas pada sifat normatif saja tetapi harus di implementasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Kalau kita melihat, pendidikan karakter adalah untuk menghilangkan orang
yang mengalami split of personality, sehingga menjadi pribadi yang baik. Hal
inilah yang akan menjadi pilar kebangkitan bangsa. Semua itu mulai dari dunia
pendidikan. Dan untuk itu tidak cukup berharap kepada para guru yang hanya
berdiri di depan kelas mulai pukul 08.00-14.00 WIB. Lebih dari itu, seluruh
stakeholders pendidikan harus merasa terpanggil untuk itu. Juga tokoh publik,
orang tua, masyaraakat, tokoh politik, maupun seluruh elemen lainnya.
Harus
berperan
Sebagai umat beragama tentunya, tidak ada yang mau dilabelisasi dengan
orang munafik, yang lain ucapan dan lain pula perbuatannya. Untuk kelompok
orang tersebut akan diancam oleh Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. 61:
2-3).
Sebagai bagian dari entitas pemerintahan yang juga menangani dunia
pendidikan Islam harus berperan serta dalam memajukan pendidikan nasional
sekaligus meningkatkan kecerdasan anak-anak bangsa ini dengan melibatkan semua
stockholder Kementerian Agama dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter bagi
anak didiknya. Dari sekian harapan yang paling penting yakni berupa penyiapkan
sumber daya manusia yang berkarakter dan berkualitas sebagai syarat mutlak,
serta pendidikan karakter sebagai salah satu kuncinya.
Dari itu Ada tiga kelompok pendidikan karakter, yaitu: Pertama,
pendidikan karakter yang menumbuhkan kesadaran sebagai makhluk dan hamba Tuhan
Yang Maha Esa; Kedua, pendidikan karakter yang terkait dengan keilmuan, dan;
Ketiga, adalah pendidikan karakter yang menumbuhkan rasa cinta dan bangga
terhadap bangsa sendidri. Karena pendidikan merupakan bagian tidak terpisahkan
dari perjalanan bangsa. Sasaran pembangunan nasional pun telah memberikan
perhatian yang besar kepada sektor pendidikan, yakni dengan dialokasikannya
anggaran negara sebesar 20% dari proporsi keseluruhan APBN yang kita rasakan
hari ini. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar