Berpikir merupakan ciri
utama manusia. Dr. Mr. D.C. Mulder, mengatakan, "manusia ialah makhluk
yang berakal;, akallah yang merupakan perbedaan pokok di antara manusia dan
binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan ". Manusia
adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Dengan berpikir manusia
dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak
menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada
kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak
berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang
penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan
penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah
menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Qur'an:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui ." Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya ."
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui ." Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya ."
Banyak yang beranggapan
bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang
kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang
sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah
menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang
memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah
untuk kalangan "filosof". Padahal, sebagaimana telah disebutkan di
atas, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung.
Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau
direnungkan: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran " Yang ditekankan di
sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga
dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.
Dalam Al-Qur'an, Allah
menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara
mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa
yang mereka pikirkan. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ."
Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.
Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.
B. Pembagian Berpikir
Berpikir Merupakan Proses
Bekerjanya Akal Imam Al Ghazali menempatkan akal pada posisi yang mulia . Dalam
kitabnya Ihya Ulumuddin beliau membuat suatu sub judul : Fi Al Aqli wa
Syarafihi dan mengutip sebuah hadis yang artinya sebagai berikut :
"Pertama kali yang diciptakan oleh Allah SWT. Adalah akal. Allah berkata
kepadanya : Menghadaplah engkau, maka menghadaplah ia. Kemudian Allah berkata :
Membelakangilah, maka ia pun membelakang. Selanjutnya Allah mengatakan,
"Demi kegagahan dan kemulian-Ku, "Aku tidak mnenciptakan makhluk yang
lebih mulia selain darimu. Denganmu aku mengambil dan denganmu aku memberi.
Denganmu aku memberikan pahala dan denganmu aku menyiksa . Akal Merupakan Salah
Satu Unsur Kejiwaan Di Samping Rasa . Berpikir dapat Dilihat Secara Alamiah Dan
Ilmiah.
1. Berpikir Alamiah
Pola Penalaran Berdasarkan Kebiasaan Sehari-Hari Dari
Pengaruh Alam Sekelilingnya. Misalnya penalaran tentang panasnya api yang dapat
membakar.
2. Berpikir Ilmiah
Pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
C. Sarana Berpikir Ilmiah
1. Hakikat Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah
tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka
sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita
telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan
ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana
merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata
lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara menyeluruh .
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan
bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :
a. Sarana ilmiah
bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah
penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir
ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya.
Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
b. Tujuan mempelajari
sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu
secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita
sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah .
Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.
Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain
.
Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan
kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan
pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana
berpikir ini dengan baik pula.
Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
2. Fungsi Sarana Berpikir
Ilmiah
Sarana ilmiah mempunyai fungsi yang khas, sebagai alat bantu
untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Sarana
berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya pada dasarnya ada tiga :
a. Bahasa ilmiah : Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud
bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang
ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan, syarat-syarat :
1) Bebas dari unsur emotif
2) Reproduktif
3) Obyektif
4) Eksplisit
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua
fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan
kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Perkembangan kebudayaan Indonesia ke
arah peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh
kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit.
Ciri-ciri cara berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh
bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah
dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
modernisasi masyarakat Indonesia. Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu pula ditingkatkan. Bahasa
Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian' rupa sehingga ia memiliki
kesanggupan menyatakan dengan tegas, jelas, dan eksplisit konsep-konsep yang
rumit dan abstrak serta hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain.
statistika mulai berkembang pesat sejak tahun 1900-an ditandai dengan
ditemukannya dasar teori statistika secara matematis oleh R.A. Fisher.
Statistika sangat berperan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian. Dari penelitianlah
ditemukan teori-teori baru. Prof. A. A. Mattjik (2000) menegaskan bahwa sasaran
utama dari mempelajari statistika adalah menggugah untuk memikirkan secara
jelas prosedur pengumpulan data dan membuat interpretasi dari data tersebut
menggunakan teknik statistika yang banyak digunakan dalam penelitian.
Sejalan dengan pentingnya statistika dalam penelitian,
kedepan, persaingan dunia modern ditentukan oleh Hak Patent dan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Tak luput dalam persaingan itu, Universitas Jember pun
mempersiapkan diri menuju/menjadi Research University. Riset telah menjadi
(satu-satunya), kekuatan utama sebuah perguruan tinggi. Ketajaman riset harus
didukung oleh cara berpikir ilmiah metodologis, data yang berkualitas dan
ketajaman analisis kuantitatif-kualitatif, serta penarikan kesimpulan yang sah
(inferensia) yang hampir seluruhnya terangkum dalam statistika. Pada zaman
sekarang ini patut dijadikan salah satu sarana berfikir ilmiah adalah alat
telekomunikasi seperti halnya komputer, karena didalam komputer semua dapat
diakses, dan semua dijawab dan semuanya ada, sesuai dengan apa yang kita
inginkan. Jadi jika komputer dimasukan kedalam katregori ini maka wajar-wajar
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar